Penutup: Beda Wahabi dan Salafi

Cara berpikir Salafi memiliki banyak pengikut, dan tidak diragukan pula bahwa Salafi memiliki sejumlah kesamaan dengan Wahhabisme. Namun, adalah tidak tepat untuk menyamakan “Salafi” dengan “Wahhabi”, dan menggambarkan bahwa mayoritas kaum Muslim Amerika adalah penganut Wahhabisme.
Penutup: Beda Wahabi dan Salafi
Cara berpikir Salafi memiliki banyak pengikut, dan tidak diragukan pula bahwa Salafi memiliki sejumlah kesamaan dengan Wahhabisme. Namun, adalah tidak tepat untuk menyamakan “Salafi” dengan “Wahhabi”, dan menggambarkan bahwa mayoritas kaum Muslim Amerika adalah penganut Wahhabisme.

Judul buku: Wahabisme Sebuah Tinjauan Kritis
Penulis: Hamid Algar
Penerbit: Democracy Project
Tempat/Tahun terbit: Jakarta 2011
Diterjemahkan dari:
Wahhabism: A Critical Essay
(Oneonta, New York; Islamic Publication International, 2002)
Penulis: Hamid Algar
Penerjemah: Rudy Harisyah Alam
Editor: Ihsan Ali-Fauzi
Penyelaras Akhir: Achmad Rifki dan Saidiman

Daftar Isi

V Penutup

Sekarang sangat jelas bagi pembaca yang jeli bahwa penulis kurang suka atau kurang bersimpati terhadap Wahhabisme. Karena itu, pada bagian kesimpulan ini, penulis akan mengemukakan beberapa catatan penjelas menyangkut hal tersebut.

Pertama, umum dialami oleh kaum Muslim bahwa kelompok Wahhabi dan orang-orang yang dipengaruhi oleh mereka secara sewenang-wenang menggunakan tuduhan syirik dan bid’ah selama bertahun-tahun. Praktik yang tidak bisa diterima ini kini telah berbalik. Individu-individu dengan rekam jejak dan motif yang diragukan, yang telah mengklaim dirinya sebagai pendukung Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah (“moderat”, “arus utama” dan “tradisional” adalah sebagian atribut yang mereka coba gunakan untuk diri mereka sendiri) menuduh semua orang yang tidak sejalan dengan pandangan politik dan keagamaan mereka sebagai pengikut Wahhabisme. Adalah penting bahwa dalam hasrat mereka untuk memenangkan dukungan kalangan tertentu, kelompok profesional anti-Wahhabi ini menuduh kaum Muslim yang khususnya tetap menjadikan
perjuangan Palestina sebagai prioritas mereka sebagai penganut Wahhabisme. Tidak diragukan bahwa cara berpikir Salafi memiliki banyak pengikut, dan tidak diragukan pula bahwa Salafi memiliki sejumlah kesamaan dengan Wahhabisme, seperti telah dikemukakan pada bagian sebelumnya dari buku ini. Namun, adalah tidak tepat, tidak bertanggungjawab dan berbahaya— khususnya dalam suasana setelah peristiwa 11
September 2001—untuk menyamakan “Salafi” dengan “Wahhabi”, dan menggambarkan bahwa mayoritas kaum Muslim Amerika adalah penganut Wahhabisme.[1]

Kedua, perhatian kritis yang kini muncul terhadap Wahhabisme di Barat umumnya bersumber dari dua hal: perasaan marah bahwa orang-orang yang bertanggungjawab atas peristiwa 11 September 2001 kebanyakan memiliki latar belakang Wahhabi; perasaan terganggu bahwa para aktivis dan pendakwah Wahhabi telah semakin menghalangi rezim Saudi untuk dapat secara memuaskan mewujudkan peran yang telah disediakan di dalam skema Amerika dalam rangka dominasi politik dan militer di Timur Tengah.

Alasan yang pertama sepenuhnya berdasar, sedangkan alasan yang kedua tampaknya kurang berdasar. Kesadaran yang semakin kuat belakangan ini terhadap Wahhabisme juga muncul dalam konteks perang terbuka Amerika melawan terorisme, suatu hal yang sejauh ini hanya diasosiasikan dengan orang-orang, organisasi-organisasi dan negara-negara Muslim. Perang ini dikobarkan dengan menjalin sekutu dengan negara-negara seperti Rusia, yang tangannya berlumuran darah kaum Muslim di Chechnya; China, yang mengambil kesempatan untuk menindas, lebih keras dibanding sebelumnya, kaum Muslim di Turkistan Timur [Sinkiang]; dan Uzbekistan, di mana akibat melakukan salat di masjid, kaum Muslim dijebloskan ke penjara dan mengalami penganiayaan.

Lebih buruk lagi, hal itu terjadi bersamaan dengan semakin meningkatnya praktik pembantaian (genosida) di Palestina oleh kaum Zionis dengan dukungan penuh Amerika Serikat.

Terlepas dari perasaan tidak suka terhadap dukungan memuakkan yang diberikan oleh kalangan Wahhabi tertentu terhadap kejahatan yang dilakukan terhadap orang-orang tidak berdosa di New York pada 11 September 2001, maksud utama penulis tidak berkaitan dengan peristiwa tersebut. Apa yang mengilhami tulisan ini, yang pertama kali dirancang lebih dari setahun yang lalu, adalah keprihatinan bahwa kaum Wahhabi telah secara serius menyelewengkan ajaran-ajaran Islam.

Wahhabisme telah berperan selama beberapa dasawarsa sebagai landasan ideologis sebuah rezim yang telah menguras kekayaan wilayah Semenanjung Arab. Kaum Wahhabi
telah menzalimi kaum Muslim, baik kelompok Sunni maupun Syi‘ah, dan memperlakukan mereka seperti bukan Muslim, serta telah menumpahkan darah mereka. Kaum Wahhabi telah memicu atau memperparah perbedaan dan pertentangan ke mana pun mereka pergi.
Kaum Wahhabi juga telah menghancurkan berbagai warisan budaya, pertama-tama di Hijaz, lalu di Chechnya, Bosnia dan Kosovo. Terakhir, kaum Wahhabi gagal memberi kontribusi baik bagi elaborasi intelektual terhadap Islam maupun kemajuan agenda politik dan peradaban Islam dewasa ini.

Catatan Kaki

[1] Bahkan, ada kebenaran dalam pengamatan Syaikh Salih al-Syaikh, Menteri Urusan Islam Saudi, bahwa dalam media Barat salat di masjid digambarkan sebagai “praktik garis keras. Lalu mereka menyamakan orangorang garis keras dan teroris, dan kita semua menjadi teroris.” New York Times, December 4, 2001.

*** Pesan untuk pengikut Wahabi ***

WAHABI SALAFI BUKAN AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH

Al-Shawi dalam Hasyiyah Ash-Shawi (Syarah Tafsir Jalalain) hlm. 5/78 dalam menafsiri QS Fathir (35) ayat 6 menyatakan:

هَذِهِ اْلآَيَةُ نَزَلَتْ فِي الْخَوَارِجِ الَّذِيْنَ يُحَرِّفُوْنَ تَأْوِيْلَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَيَسْتَحِلُّوْنَ بِذَلِكَ دِمَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَمْوَالَهُمْ كَمَا هُوَ مُشَاهَدٌ اْلآَنَ فِيْ نَظَائِرِهِمْ وَهُمْ فِرْقَةٌ بِأَرْضِ الْحِجَازِ يُقَالُ لَهُمُ الْوَهَّابِيَّةُ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ عَلىَ شَيْءٍ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ الْكَاذِبُوْنَ.

Artinya: Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta.

Ibnu Abidin dalam kitab Hasyiyah Radd al-Muhtar 4/262 seorang ulama fikih mazhab Hambali yang sangat otoritatif menyebut Wahabi sebagai "Khawarij abad modern":


مَطْلَبٌ فِي أَتْبَاعِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ الْخَوَارِجِ فِيْ زَمَانِنَا :كَمَا وَقَعَ فِيْ زَمَانِنَافِيْ أَتْبَاعِ ابْنِ عَبْدِ الْوَهَّابِ الَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ نَجْدٍ وَتَغَلَّبُوْا عَلَى الْحَرَمَيْنِ وَكَانُوْايَنْتَحِلُوْنَ مَذْهَبَ الْحَنَابِلَةِ لَكِنَّهُمْ اِعْتَقَدُوْا أَنَّهُمْ هُمُ الْمُسْلِمُوْنَ وَأَنَّ مَنْ خَالَفَاعْتِقَادَهُمْ مُشْرِكُوْنَ وَاسْتَبَاحُوْا بِذَلِكَ قَتْلَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَقَتْلَ عُلَمَائِهِمْ حَتَى كَسَرَ اللهُشَوْكَتَهُمْ وَخَرَبَ بِلاَدَهُمْ وَظَفِرَ بِهِمْ عَسَاكِرُ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَ ثَلاَثٍ وَثَلاَثِيْنَ وَمِائَتَيْنِوَأَلْفٍ

Artinya: Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij pada masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233 H

LihatTutupKomentar